Sistem penunjang keputusan sering digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer, dengan berbasis komputer yang terdiri atas komponen-komponen antara lain komponen sistem bahasa (language), komponen sistem pengetahuan (knowledge) dan komponen sistem pemrosesan masalah (problem processing) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. dapat digambarkan pula sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa. Istilah DSS muncul pertama kali tahun 1971 oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scott
Ada beberapa Jenis-jenis DSS berdasarkan tingkatan:
· DSS pengambil elemen-elemen informasi
· DSS pembuat analisis seluruh file
· DSS pembuat laporan dari berbagai file
· DSS yang memperkirakan akibat keputusan
· DSS yang mengusulkan keputusan
· DSS yang membuat keputusan
Tujuan DSS :
· Membantu manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah
· Mendukung penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya
· Meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan manajer
Mengapa menggunakan DSS?
· Perusahaan beroperasi pada ekonomi yang tak stabil.
· Perusahaan dihadapkan pada kompetisi dalam dan luar negeri yang meningkat.
· Perusahaan menghadapi peningkatan kesulitan dalam hal melacak jumlah operasi-operasi bisnis.
· Sistem komputer perusahaan tak mendukung peningkatan tujuan perusahaan dalam hal
efisiensi, profitabilitas, dan mencari jalan masuk di pasar yang benar-benar menguntungkan
Alasan-alasan mengapa perusahaan-perusahaan utama memulai DSS dalam skala besar:
· Kebutuhan akan informasi yang akurat.
· DSS dipandang sebagai pemenang secara organisasi.
· Kebutuhan akan informasi baru.
· Manajemen diamanahi DSS.
· Penyediaan informasi yang tepat waktu.
· Pencapaian pengurangan biaya.
Alasan lain dalam pengembangan DSS adalah perubahan perilaku komputasi end-user. End-user bukanlah programer, sehingga mereka membutuhkan tool dan prosedur yang mudah untuk digunakan. Dan ini dipenuhi oleh DSS.
Elemen-elemen Sistem Penunjang Keputusan
Suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK) memiliki tiga subsistem utama yang menentukan kapabilitas teknis sistem pendukung keputusan, antara lain :
1. Subsistem Manajemen Basis data
Subsistem data merupakan bagian yang menyediakan data-data yang dibutuhkan oleh Database Management Subsistem(DBMS). DBMS sendiri merupakan susbsistem data yang terorganisasi dalam suatu basis data. Data-data yang merupakan dalam suatu sistem pendukung keputusan dapat berasal dari luar
lingkungan. Keputusan pada manajemen level atas seringkali harus memanfaatkan data dan informasi yang bersumber dari luar perusahaan.
Kemampuan subsistem data yang diperlukan dalam suatu sistem pendukung keputusan adalah antara lain :
* Mampu mengkombinasikan sumber-sumber data yangrelevan melalui proses ekstraksi data.
* Mampu menambah dan menghapus secara cepat dan mudah.
* Mampu menangani data personal dan non-official,sehingga user dapat bereksperimen dengan berbagai alternatif keputusan.
* Mampu mengolah data yang bervariasi dengan fungsi manajemen data yang luas.
2. Subsistem Manajemen Basis Model
Subsistem model dalam sistem pendukung keputusan memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan alternatif solusi.
Integrasi model-model dalam sistem informasi manajemen yang berdasarkan integrasi data-data dari lapangan menjadi suatu sistem pendukung keputusan.Kemampuan subsistem model dalam sistem pendukung keputusan adalah antara lain :
* Mampu menciptakan model-model baru dengan cepat dan mudah.
* Mampu mengkatalogkan dan mengelola model untuk mendukung semua tingkat pemakai.
lingkungan. Keputusan pada manajemen level atas seringkali harus memanfaatkan data dan informasi yang bersumber dari luar perusahaan.
Kemampuan subsistem data yang diperlukan dalam suatu sistem pendukung keputusan adalah antara lain :
* Mampu mengkombinasikan sumber-sumber data yangrelevan melalui proses ekstraksi data.
* Mampu menambah dan menghapus secara cepat dan mudah.
* Mampu menangani data personal dan non-official,sehingga user dapat bereksperimen dengan berbagai alternatif keputusan.
* Mampu mengolah data yang bervariasi dengan fungsi manajemen data yang luas.
2. Subsistem Manajemen Basis Model
Subsistem model dalam sistem pendukung keputusan memungkinkan pengambil keputusan menganalisa secara utuh dengan mengembangkan dan membandingkan alternatif solusi.
Integrasi model-model dalam sistem informasi manajemen yang berdasarkan integrasi data-data dari lapangan menjadi suatu sistem pendukung keputusan.Kemampuan subsistem model dalam sistem pendukung keputusan adalah antara lain :
* Mampu menciptakan model-model baru dengan cepat dan mudah.
* Mampu mengkatalogkan dan mengelola model untuk mendukung semua tingkat pemakai.
* Mampu menghubungkan model-model dengan basis data melalui hubungan yang sesuai.
* Mampu mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dengan database manajemen.
3. Subsistem Dialog
Subsistem dialog merupakan bagian dari sistem pendukung keputusan yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan representasi dan mekanisme kontrol selama proses analisa dalam sistem pendukung keputusan ditentukan dari kemampuan
berinteraksi anatara sistem yang terpasang dengan user. Pemakai terminal dan sistem perangkat lunak merupakan komponen-komponen yang terlibat dalam susbsistem dialog yang
mewujudkan komunikasi antara user dengan sistem tersebut.Komponen dialog menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukkan dari pemakai ke dalam sistem pendukung keputusan.
* Mampu mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dengan database manajemen.
3. Subsistem Dialog
Subsistem dialog merupakan bagian dari sistem pendukung keputusan yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan representasi dan mekanisme kontrol selama proses analisa dalam sistem pendukung keputusan ditentukan dari kemampuan
berinteraksi anatara sistem yang terpasang dengan user. Pemakai terminal dan sistem perangkat lunak merupakan komponen-komponen yang terlibat dalam susbsistem dialog yang
mewujudkan komunikasi antara user dengan sistem tersebut.Komponen dialog menampilkan keluaran sistem bagi pemakai dan menerima masukkan dari pemakai ke dalam sistem pendukung keputusan.
Contoh Pengaplikasian Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) dalam membantu proses pengambilan keputusan oleh Pimpinan pada pelayanan perizinan di Kota Depok
ERP 'Enterprise Resource Planning'
Kebanyakan orang masih belum mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem ERP (Enterprise Resource Planning) dan konsep sistem ERP itu sendiri. Serta bagaimana suatu sistem ERP dapat memberikan "revenue" bagi suatu perusahaan yang mengimplementasikan sistem tersebut.
Secara garis besar, ERP bisa digambarkan sebagai perkakas manajemen yang menyeimbangkan persediaan dan permintaan perusahaan secara menyeluruh, berkemampuan untuk menghubungkan pelanggan dan supplier dalam satu kesatuan rantai ketersediaan, mengadopsi proses-proses bisnis yang telah terbukti dalam pengambilan keputusan, dan mengintegrasikan seluruh bagian fungsional perusahaan; sales, marketing, manufacturing, operations, logistics, purchasing, finance, new product development, dan human resources. Sehingga bisnis dapat berjalan dengan tingkat pelayanan pelanggan dan produktifitas yang tinggi, biaya dan inventory yang lebih rendah, dan menyediakan dasar untuk e-commerce yang efektif.
Sistem aplikasi ERP adalah salah satu sistem informasi yang tercanggih yang bisa didapatkan pada awal abad 21 ini. Untuk dapat mengadopsi teknologi ERP, suatu perusahaan tidak jarang harus menyediakan dana dari ratusan juta hingga milyaran rupiah. Dana sebesar itu harus disediakan untuk investasi paket software ERP, hardware berupa server dan desktop, database dan operating sistem software, high performance network, hingga biaya konsultasi untuk implementasi. Meskipun dihalangi oleh biaya investasi yang besar, banyak perusahaan di dunia dan tidak terkecuali di Indonesia seperti berlomba-lomba untuk mengadopsi sistem informasi ini. Hal ini karena paket software ERP yang diimplementasikan secara baik akan menghasilkan ”return” terhadap investasi yang layak dan dalam waktu cepat. Karena ERP menangani seluruh aktivitas dalam organisasi, membawa budaya kerja baru dan integrasi dalam organisasi. mengambil alih tugas rutin dari personel dari tingkat operator hingga manajer fungsional, sehingga memberikan kesempatan kepada sumber daya manusia perusahaan untuk berkonsentrasi dalam penanganan masalah yang kritis dan berdampak jangka panjang.
Contoh real
Contoh real
Penerapan ERP Pada Pada PT. Graruda Food
PT.Garuda Food Indonesia yang merupakan anak perusahaan Tudung Group.yang memproduksi makanan dan minuman. Perusahaan ini berskala nasional dalam memperkejakan 19.000 karyawan. Untuk memudahkan pemroseskan data dari menelusuri status penjualan, persediaan, pengiriman, dan pembuatan faktur, serta perkiraan bahan baku dan kebutuhan sumber daya manusia PT. Garuda Food Indonesia mengimplemantasikan ERP untuk proses dalam kegiatan perusahaan.
PT. Garuda Food membuat atau memakai system ERP bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengoptomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. ERP berkembang dari manufacturing resource planning (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari material requirement planning (MRP) yang berkembang sebelumnya.
PT. Garuda Food merupakan perusahaan besar yang telah menjadi produsen makanan dan minuman di indonesia. Maka PT. Garuda Food membuka cabang-cabang di daerah-daerah untuk memudahkan pengiriman atau melakukan pemasaran di daerah tertentu. Oleh sebab itu PT. Garuda Food melakukan hubungan ERP yang di setiap cabangnya telah di pasangi sistem ERP. Sistem ERP merupakan sistem yang mengintegrasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek produksi, produksi, maupun distribusi pada anak perusahaan dengan PT. Garuda Food yang berpusat di jakarta.
Pada prinsipnya, dengan sistem ERP PT. Garuda Food dapat dijalankan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien seperti biaya inventory (slow moving part, dll.), biaya kerugian akibat ‘machine fault’ dll. Dinegara-negara maju yang sudah didukung oleh infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT (Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyedian suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory, dsb.
PT.Garuda Food Indonesia yang merupakan anak perusahaan Tudung Group.yang memproduksi makanan dan minuman. Perusahaan ini berskala nasional dalam memperkejakan 19.000 karyawan. Untuk memudahkan pemroseskan data dari menelusuri status penjualan, persediaan, pengiriman, dan pembuatan faktur, serta perkiraan bahan baku dan kebutuhan sumber daya manusia PT. Garuda Food Indonesia mengimplemantasikan ERP untuk proses dalam kegiatan perusahaan.
PT. Garuda Food membuat atau memakai system ERP bertujuan untuk mengintegrasikan dan mengoptomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan. ERP berkembang dari manufacturing resource planning (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari material requirement planning (MRP) yang berkembang sebelumnya.
PT. Garuda Food merupakan perusahaan besar yang telah menjadi produsen makanan dan minuman di indonesia. Maka PT. Garuda Food membuka cabang-cabang di daerah-daerah untuk memudahkan pengiriman atau melakukan pemasaran di daerah tertentu. Oleh sebab itu PT. Garuda Food melakukan hubungan ERP yang di setiap cabangnya telah di pasangi sistem ERP. Sistem ERP merupakan sistem yang mengintegrasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek produksi, produksi, maupun distribusi pada anak perusahaan dengan PT. Garuda Food yang berpusat di jakarta.
Pada prinsipnya, dengan sistem ERP PT. Garuda Food dapat dijalankan secara optimal dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional yang tidak efisien seperti biaya inventory (slow moving part, dll.), biaya kerugian akibat ‘machine fault’ dll. Dinegara-negara maju yang sudah didukung oleh infrastruktur yang memadaipun, mereka sudah dapat menerapkan konsep JIT (Just-In-Time). Di sini, segala sumberdaya untuk produksi benar-benar disediakan hanya pada saat diperlukan (fast moving). Termasuk juga penyedian suku cadang untuk maintenance, jadwal perbaikan (service) untuk mencegah terjadinya machine fault, inventory, dsb.
PT. Garuda Food memerlukan efisiensi dan komputerisasi dari segi penjualan, maka ada tambahan bagi konsep ERP yang bernama Sales Force Automation (SFA). Sistem ini merupakan suatu bagian penting dari suatu rantai pengadaan (Supply Chain) ERP. Pada dasarnya, Sales yang dilengkapi dengan SFA dapat bekerja lebih efisien karena semua informasi mengenai suatu pelanggan atau produk yang dipasarkan ada di databasenya. PT. Garuda Food bersifat assemble-to-order atau make-to-order, sistem ERP dapat juga dilengkapi dengan Sales Configuration System (SCS). Dengan SCS, Sales dapat memberikan penawaran serta proposal yang dilengkapi dengan gambar, spesifikasi, harga berdasarkan keinginan/pesanan pelanggan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar